Minggu, 04 April 2010

Kesehatan Ibu Anak

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan selama 20 tahun oleh Tiffani Field, Ph.
D dari Universitas of Miami Medical School, anak yang dilahirkan oleh ibu yang
mengalami depresi berat selama kehamilan akan memiliki kadar hormon stres tinggi,
aktivitas otak yang peka terhadap depresi, menunjukkan sedikit ekspresi, dan
mengalami gejala depresi lain, seperti sulit makan dan tidur.
Depresi pada ibu yang sedang mengandung disebabkan banyak hal. Pertama, adanya
perubahan hormon yang menpengaruhi mood ibu secara keseluruhan sehingga si
ibu sering merasa kesal, jenuh, atau sedih.
Penyebab lainnya adalah, keadaan fisik yang berubah saat hamil. Menjelang usia
kehamilan tertentu, ibu mengalami sulit tidur. Ini tentu menyebabkan si ibu
keesokan harinya akan merasa amat letih, ada lingkaran hitan di mata, dan kulit
muka menjadi kusam.
Adanya masalah-masalah pada kandungan seperti kandungan lemah, sering muntah
pada awal kandungan, dan masalah-masalah lain juga bisa menyebabkan depresi.
Ibu akan terus-menerus mengkhawatirkan keadaan anak dan ini akan membuat dia
merasa tertekan.
Depresi dapat juga dialami stelah sang ibu melahirkan bayinya. Di Amerika Serikat,
sekitar 30 persen dari ibu yang baru saja melahirkan diduga mengalami depresi
pascamelahirkan.
Anak Menjadi Agresif. Mengapa amat penting menjaga sampai si ibu yang sedang
mengandung mengalami depresi? Tiffani Field, Ph. D dari Universitas of Miami
Medical School menjawab pertanyaan ini berdasarkan penelitian yang sudah ia
lakukan selama 20 tahun. Ia menemukan anak yang dilahirkan oleh ibu yang
mengalami depresi berat selama kehamilan akan memiliki kadar hormon stres tinggi,
aktivitas otak yang peka terhadap depresi, menunjukkan sedikit ekspresi, dan
mengalami gejala depresi lain, seperti sulit makan dan tidur.
Yang berbahaya bila gejala depresi pada bayi baru lahir tidak segera ditangani, anak
berkembang menjadi anak yang tidak bahagia. Mereka sulit belajar berjalan, berat
badan kurang, dan tidak responsif terhadap orang lain. Bila keadaan ini tetap tidak tertanggulangi, anak akan tumbuh menjadi balita yang depresi. Saat mulai sekolah
mereka mengalami masalah tingkah laku, seperti agresif dan mudah stres.
Tindakan Pertolongan. Ibu dan anak mengalami depresi harus mendapatkan
pertolongan para profesional. Berkonsultasilah dengan dokter anak dan psikolog
anak. Makin cepat pertolongan diberikan makin besar kemungkinan anak akan
tumbuh normal. Terapi lainnya, seperti pijat, juga terbukti baik untuk mengatasi
depresi, baik bagi anak maupun ibu. Tapi, ini pun harus dengan pengawasan dari
dokter.
Yang penting, upaya penyembuhan ini harus dilakukan pada ibu dan bayi. Jangan
hanya bayi yang diterapi, sementara ibu dibiarkan makin terpuruk dalam depresi
atau sebaliknya. Ibu dan bayi harus bekerja sama untuk mengatasi depresinya. Ayah
juga harus berperan aktif dalam membantu penyembuhan orang-orang terdekat ini.
Itulah sebabnya, saat ini, peran suami terhadap ibu yang sedang mengandung dan
setelah melahirkan amat besar. Ibu hamil harus mendapatkan dukungan yang
sebesar-besarnya dari suami. Dukungan suami ini bisa ditunjukkan dengan berbagai
cara, seperti memberi ketenangan kepada istri, membantu sebagian pekerjaan istri
atau bahkan sekadar memberi pijatan ringan bila istri merasa pegal. Diharapkan,
dengan dukungan total dari suami, istri dapat melewati masa keamilannya dengan
perasaan senang dan jauh dari depresi.
Pada saat bayi yang ditunggu sudah lahir, peran suami yang sekarang telah menjadi
seorang ayah tentu diharapkan menjadi semakin aktif. Ayah dan ibu harus berbagi
tugas dalam mengasuh dan merawat si kecil. Jangan sampai semua perawatan bayi
diserahkan ke ibu. Ini bisa membuat ibu depresi karena fisiknya belum pulih setelah
melahirkan ditambah kelelahan baru merawat bayi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar