Minggu, 04 April 2010

Sidik Jari

Saat ini, pola guratan-guratan
sidik jari tidak hanya digunakan untuk
mengidentifikasi pelaku-pelaku
kejahatan, tetapi juga bermanfaat dalam
bidang kedokteran klinik.1
Sidik yang
diperoleh dari ujung jari-jari, telapak
tangan serta telapak kaki sering
menunjukan pola abnormalitas yang khas
pada kelainan kromosom, sehingga dapat
membantu dalam penegakkan diagnosa.
Salah satu kelainan kromosom itu adalah
Sindrom Down (trisomi 21). Penyakit ini
pertama kali diperkenalkan oleh Langdon
Down pada tahun 1866 yang merupakan
suatu kondisi keterbelakangan
perkembangan fisik dan mental anak
yang diakibatkan adanya abnormalitas
perkembangan kromosom, yaitu adanya
tambahan kromosom kelompok G (No.21)
dengan kemungkinan mekanisme yaitu
non-disjunction (94%), translokasi (3%),
dan mozaikisme (3%).2 Diagnosa Sindrom
Down selain ditegakkan berdasarkan ciri-
ciri klinis dan pemeriksaan sitogenetik,
dapat juga ditunjang dengan
pemeriksaan dermatoglifi. 3
Menurut Olivier4 dermatoglifi atau
pola sidik jari didefinisikan sebagai
gambaran sulur-sulur dermal yang
pararel pada jari-jari tangan dan kaki,
serta telapak tangan dan telapak kaki.
Istilah dermatoglifi diperkenalkan
pertama kali oleh Cummin dan Midloo
pada tahun 1926. Secara anatomis
dermatoglifi akan membuat permukaan
kasar pada telapak tangan jari tangan,
telapak kaki, dan jari kaki yang berfungsi
dalam membantu proses memegang atau
berpijak sehingga tidak tergelincir.
Pembentukan dermatoglifi dimulai
dengan proliferasi sel epitel basal
epidermis volar pad sekitar minggu ke-10
sampai minggu ke-11 kehamilan. Sel-sel
kemudian membentuk lipatan-lipatan dan
menjadi rigi episermis. Pada bulan ke-
enam kehamilan pembentukan
dermatoglifi berakhir sepenuhnya. 5
Olivier4, membagi pola
dermatoglifi berdasarkan klasifikasi
Galton atas tiga pola dasar yaitu :
1. Arch : pola dermatoglifi yang dibentuk
oleh rigi epidermis yang berupa garis-
garis sejajar melengkung seperti
busur. Dua macam pola arch yaitu
plain arch dan tented arch.
2. Loop : pola dermatoglifi berupa alur
garis-garis sejajar yang berbalik 180°.
Terdapat dua macam loop baik pada
tangan maupun kaki sesuai dengan
alur membuka garis-garis
penyusunnya. Pada tangan dikenal
loop radial dan loop ulnar sedang
pada kaki dikenal loop tibial dan loop
fibular.
3. Whorl : pola dermatoglifi yang
dibentuk oleh garis-garis rigi
epidermis yang memutar berbentuk
pusaran. Empat macam pola whorl yaitu plain whorl, central pocket loop,
double loop, dan accidental whorl. 6
Menurut Wertelecki dan Plato7,
komponen pola dermatoglifi ada tiga
yaitu garis tipe (type line), delta dan
pusat (core). Garis tipe adalah dua buah
garis yang paling dalam di daerah pola,
yang berjalan sejajar dan mengelilingi
daerah pola. Delta merupakan daerah
yang berbentuk segitiga dengan pusat
yang disebut triradii. Titik tengah dari
triradii disebut triradiant point.
Sedangkan core adalah pusat dari pola
dermatoglifi. Untuk menghitung jumlah
sulur pada pola sidik jari, diambil garis
dari triradiant point sampai ke pusat, lalu
hitung jumlah garis yang dilewati. Jumlah
garis-garis tersebut dinamakan jumlah
total sulur jari (Total Ridge Count = TRC).
Pola sidik jari yang dapat dihitung
sulurnya adalah loop (mempunyai 1
triradii) dan whorl (mempunyai 2 sampai
3 triradii). Sedangkan arch, tidak dapat
dihitung karena tidak memiliki triradii
sama sekali.
Pembentukan pola sangat kuat
ditentukan secara genetik dan tidak
dipengaruhi oleh faktor luar sesudah
lahir, sehingga para ilmuwan
mengembangkan dermatoglifi sebagai
alat dalam mendiagnosis penyakit
genetik.8 Hal ini terkait dengan beberapa
bukti bahwa pada orang-orang yang
mengalami kelainan genetik seperti
Sindrom Down ternyata memiliki
dermatoglifi yang khas dan berbeda
dengan orang normal.9
Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui variasi pola sidik jari,
perbedaan distribusi pola pada jari-jari,
dan jumlah total sulur ujung jari pada
penderita Sindrom Down di SLB Bakhti
Kencana dan anak normal di SD Budi
Mulia Dua Yogyakarta. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan
pengetahuan dan menambah data base
mengenai variasi gambaran sidik jari dan
distribusi pola-pola sidik jari serta jumlah
total sulur ujung jari pada kedua populasi
tersebut.
Sumber: JKKI (JUrnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar